 Di ufuk timur kala pagi
Di ufuk timur kala pagisuramo menghiasi tagalaya
sepoi  angin berpesan lirih
dari posi-posi hingga kano-kano
menyapa  pagi dari lelap malam
dikala senja menyapa
ku  sentuh rasa lewat tarian pena jingga
dari barat gebu risauku  memuncak
sketsa senja nampak sendu nan syahdu,
lalu berpesan  angkuh, kamu lugu
melankolis lagu kau putar tak hirau senjaku
di  timur kaki gunung itu dia merindu
ah...  inikah rindu itu.?
Tempuh asa dalam jarak bermil-mil
antara  riuh dan heningku..
Senja, tak kusalahkan dalam batas itu
 ternyata  indahku tak sama jingga-Mu
aku berlalu dari ruang pucat  yang bisu
berayun-ayun seirama senja kelabu
ah.... tak hanya  itu yang ku tahu
ejekan calaibi dan tarian baikole tak jemu
lalu  ku coba menjangkau senandung yang lucu
dalam maya kupakasan  khayal mengerutu
jika boleh kan ku curi indahmu
apa  salah lebih hati ini menginkanmu.?
katakan padaku  bagaimana menggapaimu
bagaimana mengerti hatimu
mengerti  tentang senyummu
Mengerti tentang tutur katamu
Mengerti  tentang kesunyianmu
Mengerti tentang gelisahmu
Ah.....   aku bukan Timeri N. Murari
Yang menceritakan kisah Tajmahal
Seperti  kesetiaan Laila pada Majnun
Seperti Tenggeleamnya kapal vanderwijk
Yang  dikisahkan Buya Hamka
Aku hanya wajah sendu yang menanti  pagi
Bersama kicau calaibi dan ejekan baikole
Bersama  kusu-kusu dan risih boto-boto
Senja di bukit itu aku menitip rindu
Bukit Tagalaya, 12 April 2011
====================================
 
