Kamis, 21 April 2011

Senja di Bukit Tagalaya

Di ufuk timur kala pagi
suramo menghiasi tagalaya
sepoi angin berpesan lirih
dari posi-posi hingga kano-kano
menyapa pagi dari lelap malam

dikala senja menyapa
ku sentuh rasa lewat tarian pena jingga
dari barat gebu risauku memuncak
sketsa senja nampak sendu nan syahdu,
lalu berpesan angkuh, kamu lugu
melankolis lagu kau putar tak hirau senjaku
di timur kaki gunung itu dia merindu

ah... inikah rindu itu.?
Tempuh asa dalam jarak bermil-mil
antara riuh dan heningku..
Senja, tak kusalahkan dalam batas itu
 ternyata indahku tak sama jingga-Mu

aku berlalu dari ruang pucat yang bisu
berayun-ayun seirama senja kelabu
ah.... tak hanya itu yang ku tahu
ejekan calaibi dan tarian baikole tak jemu

lalu ku coba menjangkau senandung yang lucu
dalam maya kupakasan khayal mengerutu

jika boleh kan ku curi indahmu
apa salah lebih hati ini menginkanmu.?

katakan padaku bagaimana menggapaimu
bagaimana mengerti hatimu
mengerti tentang senyummu
Mengerti tentang tutur katamu
Mengerti tentang kesunyianmu
Mengerti tentang gelisahmu

Ah.....  aku bukan Timeri N. Murari
Yang menceritakan kisah Tajmahal
Seperti kesetiaan Laila pada Majnun
Seperti Tenggeleamnya kapal vanderwijk
Yang dikisahkan Buya Hamka

Aku hanya wajah sendu yang menanti pagi
Bersama kicau calaibi dan ejekan baikole
Bersama kusu-kusu dan risih boto-boto
Senja di bukit itu aku menitip rindu

Bukit Tagalaya, 12 April 2011
====================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar